Google
Showing posts with label Makalah. Show all posts
Showing posts with label Makalah. Show all posts

Wednesday, April 18, 2012

Makalah | METODE-METODE PEMBELAJARAN EFEKTIF

Berikut kami berikan bahan untuk makalah yang dapat anda download klik disini => Makalah METODE-METODE  PEMBELAJARAN EFEKTIF
Password Rar : skaterfm.blogspot.com
yang berisikan tentang penjelasan metode pembelajaran yang efektif
seperti


1.       Metode ceramah.

2.       Metode Tanya jawab
3.       Metode Diskusi
4.       Metode Pemberian Tugas
5.       Metode Eksperimen
6.       Metode Demonstrasi
7.       Metode Tutorial/Bimbingan
8.   Metode Debat
9.   Metode Role Playing 
      dengan penjelasan beberapa metode yang kalian bisa download untuk membantu dalam menyelesaikan tugas atau makalah serta menambah wawasan anda sebagai calon guru




Description: Makalah | METODE-METODE PEMBELAJARAN EFEKTIF
Rating: 5
Reviewer: 1020 ulasan
Item Reviewed: Makalah | METODE-METODE PEMBELAJARAN EFEKTIF

Sunday, April 15, 2012

Pengertian dan Pengaruh Anemia Pada Kehamilan | Bahan Makalah

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.

Pengaruh Anemia pada Kehamilan
1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan
    a. Bahaya selama kehamilan
·    Dapat terjadi abortus
·    Persalinan prematuritas
·    Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
·    Mudah terjadi infeksi
·    Ancaman dekoinpensasi kordis (Hb < 6 gr%)
·    Mola Hidatidosa
·    Hiperemesis Gravidarum
·    Pendarahan antepartum
·    Ketuban pecah dini ( KPO )
    b. Bahaya saat persalinan
·    Gangguan his – kekuatan mengejan
·    Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi portus terlantai
·    Kala kedua berlangsung lama sehingga dapat melelehkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.
·    Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan pendarahan postpartum karena atonia uteri
·    Kala keempat dapat terjadi pendarahan post partum sekunder dan atonia uteri
c. Pada Kala nifas
·    Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan pendarahan post partum
·    Memudahkan infeksi puerpertum
·    Pengeluaran ASI berkurang
·    Terjadinya dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
·    Anemia kala nifas
·    Mudah terjadi infeksi mainmae
2. Bahaya terhadap janin
Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk :
·    Abortus
·    Terjadi kematian intro uterin
·    Persalinan prematuritas tinggi
·    Berat badan lahir rendah
·    Dapat terjadi cacat bawaan
·    Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinantal
·    Intelegensi lemah
Description: Pengertian dan Pengaruh Anemia Pada Kehamilan | Bahan Makalah
Rating: 5
Reviewer: 1020 ulasan
Item Reviewed: Pengertian dan Pengaruh Anemia Pada Kehamilan | Bahan Makalah

Monday, April 9, 2012

Bahan Makalah Ilmu Sosial Dasar | Hubungan Antara Individu, Keluarga, Masyarakat dan Kebudayaan

Aspek individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Keempatnya mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Tidak akan pernah ada keluarga, masyarakat maupun kebudayaan apabila tidak ada individu. Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat mengekspresikan aspek sosialnya. Di samping itu, individu juga membutuhkan kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk mengembangkan dan mencapai potensinya sebagai manusia.
Lingkungan sosial yang pertama kali dijumpai individu dalam hidupnya adalah lingkungan keluarga. Di dalam keluargalah individu mengembangkan kapasitas pribadinya. Di samping itu, melalui keluarga pula individu bersentuhan dengan berbagai gejala sosial dalam rangka mengembangkan kapasitasnya sebagai anggota keluarga. Sementara itu, masyarakat merupakan lingkungan sosial individu yang lebih luas. Di dalam masyarakat, individu mengejewantahkan apa-apa yang sudah dipelajari dari keluarganya. Mengenai hubungan antara individu dan masyarakat ini, terdapat berbagai pendapat tentang mana yang lebih dominan. Pendapat-pendapat tersebut diwakili oleh Spencer, Pareto, Ward, Comte, Durkheim, Summer, dan Weber. Individu belum bisa dikatakan sebagai individu apabila dia belum dibudayakan. Artinya hanya individu yang mampu mengembangkan potensinya sebagai individulah yang bisa disebut individu. Untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya ini atau untuk menjadi berbudaya dibutuhkan media keluarga dan masyarakat.
Description: Bahan Makalah Ilmu Sosial Dasar | Hubungan Antara Individu, Keluarga, Masyarakat dan Kebudayaan
Rating: 5
Reviewer: 1020 ulasan
Item Reviewed: Bahan Makalah Ilmu Sosial Dasar | Hubungan Antara Individu, Keluarga, Masyarakat dan Kebudayaan

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dan Ciri - Cirinya | Bahan Makalah

Secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar.
Adapun Ciri - Ciri Dari Pendidikan Matematika Realistik Indonesia adalah
1) Menggunakan masalah kontekstual, yaitu matematika dipandang sebagai kegiatan sehari-hari manusia, sehingga memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi atau dialami oleh siswa (masalah kontekstual yang realistik bagi siswa) merupakan bagian yang sangat penting.
2) Menggunakan model, yaitu belajar matematika berarti bekerja dengan matematika (alat matematis hasil matematisasi horisontal).
3) Menggunakan hasil dan konstruksi siswa sendiri, yaitu siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematis, di bawah bimbingan guru.
4) Pembelajaran terfokus pada siswa.
5) Terjadi interaksi antara murid dan guru, yaitu aktivitas belajar meliputi kegiatan memecahkan masalah kontekstual yang realistik, mengorganisasikan pengalaman matematis, dan mendiskusikan hasil-hasil pemecahan masalah tersebut
Description: Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dan Ciri - Cirinya | Bahan Makalah
Rating: 5
Reviewer: 1020 ulasan
Item Reviewed: Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dan Ciri - Cirinya | Bahan Makalah

Bahan Makalah Matematika | Kemampuan Komunikasi Matematik

Secara umum komunikasi dipahami sebagai suatu bentuk aktivitas  penyampaian informasi dalam suatu komunitas tertentu. Komunikasi dapat  terjadi dalam satu arah, yaitu dari penyampai pesan kepada penerima pesan. Pada aktivitas komunikasi seperti ini bisa terdapat banyak penyampai dan penerima pesan, sehingga komunikasi ini merupakan aktivitas berbagi ide dan gagasan, curah pendapat, sumbang saran dan kerjasama dalam kelompok. Aktivitas semacam ini dapat mengasah kemampuan berkomunikasi atau kemampuan menyampaikan pemikiran tentang sesuatu hal bagi para pesertanya. Khususnya komunikasi dalam matematika adalah suatu aktivitas penyampaian dan atau penerimaan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa matematika.
Romberg chair dalam Sumarmo (2002) mengatakan bahwa, salah satu aspek berpikir tingkat tinggi dalam matematika adalah komunikasi dalam matematika atau komunikasi matematik yang menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematika; menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara lisan atau tulisan dengan benda  nyata, gambar,  grafik dan aljabar ; menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa symbol matematik ;  mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika; mencoba  dengan pemahaman suatu presentasi matematika secara tertulis, membuat argument, membuat konjektur, merumuskan definisi generalisasi; menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang dipelajari.
Dari uraian tentang komunikasi matematik siswa di atas tampak bahwa, komunikasi matematik terjadi jika siswa belajar aktif  baik secara lisan maupun secara tertulis. Kemampuan komunikasi matematika siswa dapat dikembangkan jika siswa mampu menghubungkan benda nyata, gamba, diagram dan peristiwa kehidupan sehari-hari kedalam ide dan symbol matematika. Hal ini sesuai dengan prinsip dari pembelajaran Realistic Mhatematic Education.
Selanjutnya siswa dikatakan telah memiliki kemampuan komunikasi matematik bilamana siswa telah menguasai indicator–paradigma yang direkomendasikan NCTM (2000, standars . nctm) sebagai berikut:
(1) dapat menyatakan ide matematik dengan lisan, tulisan, mendemonstrasikan dan menggambarkan dalam bentuk visual, (2) dapat memahami, menginterpretasikan dan menilai ide matematik yang disajikan dalam bentuk tulisan atau visual, (3) dapat menggunakan bahasa,  notasi  dan struktur matematik untuk menyajikan ide,  menggambarkan hubungan pembuatan model.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika merupakan kemampuan menyatakan ide matematika melalui lisan dan tulisan. Kemampuan komunikasi matematika lisan siswa dapat diukur saat siswa tersebut mengemukakan pengetahuan matematika mereka. Kemampuan komunikasi matematika tulisan dapat diukur melalui tulisan siswa mengenai matematika.
Indicator komunikasi matematika menurut john (2008:5) adalah sebagai berikut:
a.    Mengatur dan mengembangkan pemikiran matematika melalui komunikasi.
b.    Mengkomunikasikan pemikiran matematika secara koheren dan jelas.
c.    Menganalisis dan menilai pemikiran dan strategi matematika orang lain.
d.    Menggunakan bahasa matematika untuk menyampaikan ide dengan tepat.
Berkaitan dengan komunikasi matematik atau komunikasi dalam matematika ini, Rahman (2008:684) menyatakan kemampuan yang tergolong pada komunikasi matematika di antaranya adalah :
a)    Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, symbol, idea, atau model matematik,
b)    Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan.
c)    Mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika.
d)    Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis
e)    Membuat konjetur,  menyusun argument, merumuskan definisi, dan generalisasi,
f)    Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraph matematika dalam bahasa sendiri.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa, siswa memiliki kemampuan komunikasi matematik jika memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
a.    Kemampuan ekspresi matematika, yaitu kemampuan membuat model matematika.
b.    Kemampuan menulis, yaitu berupa kemampuan memberikan penjelasan dan alasan secara matematika dengan bahasa yang benar dan mudah dipahami.
 
Description: Bahan Makalah Matematika | Kemampuan Komunikasi Matematik
Rating: 5
Reviewer: 1020 ulasan
Item Reviewed: Bahan Makalah Matematika | Kemampuan Komunikasi Matematik

Saturday, April 7, 2012

Permasalahan Kemajemukan Masyarakat Indonesia | Bahan Makalah


Masyarakat indonesia dan kompleks kebudayaannya masing-masing plural  (jamak ) dan  heterogen (anekaragam). Pluralitas sebagai kontradiksi dari singularitas mengindikasikan adanya suatu situasi yang terdiri dari kejamakan, yaitu dijumpainya berbagai sub kelompok masyarakat yang tidak bisa di  satu kelompokkan satu dengan yang lainnya, demikian pula dengan kebudayaan mereka, sementara heterogenitas  merupakan kontraposisi dari homogenitas mengindikasi  suatu kualitas dari keadaan yang menyimpan ketidak samaan dalam unsur-unsurnya.
Hambatan-hambatan yang potensial  dimiliki oleh suatu masyarakat yang plural dan heterogen juga dapat ditentukan dalam banyak aspek lainnya : Struktur sosial yang berbeda akan  menghasilkan pola dan proses pembuatan keputusan sosial yang berbeda,  pluralitas dan heterogentitas seperti diuraikan di atas  juga tanpa memperoleh tantangan yang sama kerasnya dengan tantangan terhadap upaya untuk mempersatukannya melalui konsep negara kesatuan  yang mengimplikasikan bahwa penyelenggaraan pemerintahan dilakukan secara sentralistik.
Masyarakat Indonesia yang majemuk yang terdiri dari berbagai budaya, karena adanya berbagai kegiatan dan pranata khusus dimana setiap kultur merupakan sumber nilai yang memungkinkan  terpeliharanya kondisi kemapanan dalam kehidupan masyarakatta pendukungnya, setiap masyarakat pendukung kebudayaan (culture bearers) cenderung menjadikan kebudayaannya sebagai kerangka acuan  bagi perikehidupannya yang sekaligus untuk mengukuhkan jati diri  sebagai kebersamaan yang berciri khas (Fuad Hassan, 1998).  Sehingga perbedaan antar  kebudayaan, justru bermanfaat dalam mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakat tersebut. Pluralisme masyarakat dalam tatanan sosial agama, dan suku bangsa telah ada sejak jaman nenek moyang, kebhinekaan budaya yang dapat hidup berdampingan secara damai  merupakan kekayaan yang tak ternilai dalam khasanah  budaya nasional karena diunggulkannya suatu nilai oleh seseorang atau sekelompok masyarakat, bukan berarti tidak dihiraukannya nilai-nilai lainnya melainkan kurang dijadikannya sebagai acuan  dalam bersikap dan berperilaku dibandingkan dengan nilai yang diunggulkannya. Sehingga permasalahan multicultural justru merupakan suatu keindahan bila indentitas  masing-masing budaya dapat bermakna dan diagungkan oleh masyarakat pendukungnya serta dapat  dihormati oleh kelompok masyarakat yang lain , bukan untuk kebanggan dan sifat egoisme kelompok apalagi bila diwarnai oleh kepentingan-kepentingan politik tertentu misalnya  digunakanya symbol-simbol budaya jawa yang “salah kaprah”  untuk membengun  struktur dan budaya politik yang sentralistik. 
Masalah yang biasanya dihadapi oleh masyarakat majemuk adalah  adanya persentuhan dan  saling hubungan antara kebudayaan suku bangsa dengan kebudayaan umum lokal, dan  dengan kebudayaan nasional. Diantara hubungan-hubungan ini  yang paling kritis  adalah hubungan antara kebudayaan suku bangsa dan umum local di satu pihak dan kebudayaan nasional di pihak lain.  Pemaksaan untuk merubah tata nilai atau upaya penyeragaman budaya seringkali dapat memperkuat penolakan dari budaya-budaya daerah, atau yang lebih parah bila upaya mempertahankan tersebut,  justru disertai dengan semakin menguatnya Etnosentrime Etnosentrisme secara formal didefinisikan sebagai pandangan bahwa kelompok sendiri adalah pusat segalanya dan kelompok lain akan selalu dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelmok sendiri.  Etnosentrisme membuat kebudayaan diri sebagai patokan dalam mengukur baik buruknya, atau tinggi rendahnya dan benar atau ganjilnya kebudayaan lain  dalam proporsi kemiripannya dengan kebudayaan sendiri, adanya. kesetiakawanan yang kuat dan tanpa kritik pada kelompok etnis atau bangsa sendiri disertai dengan prasangka terhadap kelompok etnis dan bangsa yang lain.   Orang-orang yang berkepribadian etnosentris cenderung berasal dari kelompok masyarakat yang mempunyai banyak keterbatasan baik dalam pengetahuan, pengalaman,  maupun komunikasi, sehingga sangat mudah terprofokasi. Perlu pula dipahami bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih berada pada berbagai keterbatasan tersebut.
Ditambahkan oleh Budiono bahwa ;  Dalam masyarakat selalu bekerja dua macam kekuatan yaitu kekuatan yang ingin menerima perubahan dan kekuatan yang menolek adanya perubahan. Meskipun selalu  terdapat dua kekuatan, namun sejarah memperlihatkan  bahwa kaum konserfatif cepat atau lambat akan terdesak untuk memberi tempat pada adanya perobahan. Proses itu  seringkali tidak berjalan secara linier, tapi berjalan maju mundur. Konflik antara kaum progresif dengan kaum konserfative maupun konflik diantara kaum progresif itu sendiri.  Dalam “masyarakat yang sudah selesai”  konflik itu sudah ditempatkan dalam   suatu mekanisme yang biasanya merupakan tatanan sosial politik yang sudah dirasionalisasikan sehingga konflik itu didorong untuk diselesaikan secara argumentatif. Sebaliknya pada masyarakat berkembang (masyarakat yang belum selesai) konflik itu biasanya berlangsung “secara liar” karena para pelakunya masih sama-sama mencari mekanisme untuk menyelesaikan/ mengatasi  perbedaan-perbedaan di antara mereka secara rasional, susahnya dalam  bersama-sama mencari mekanisme itu  masing-masing kekutan progresif itu juga berusaha  untuk mencari kekuatan yang dominan, untuk mencari dan menentukan bentuk mekanisme penyelesaian, kadang-kadang bentuk mekanisme itu bisa diusahakan  serasional mungkin tetapi bisa saja terjadi bahwa usaha-usaha itu  dipadu dengan pemaksaan fisik.              
Dengan pemahaman pada fenomena tersebut landasan sosial budaya masyarakat Indonesia yang bercorak pada masyarakat majemuk (plural society) perlu memperoleh perhatian dan dikaji kembali, karena ideology masyarakat majemuk lebih menekankan pada keanekaragaman suku bangsa akan sangat sulit untuk diwujudkan dalam masarakat yang demokratis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.  Untuk mencapai tujuan proses-proses demokratisasi, ideology harus digeser menjadi ideology keanekaragaman budaya atau multi kulturalisme, Kemajemukan masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa maka yang nampak menyolok dalam kemajemukan masyarakat Indonesia adalah penekanan  pada pentingnya kesukubangsaan yang terwujud dalam komunitas-komunitas suku bangsa, dan digunakannya kesukubangsaan tersebut sebagai acuan utama bagi jati diri individu. Ada sentimen-sentimen kesuku bangsaan yang memiliki potensi pemecah belah dan penghancuran sesama bangsa Indonesia karena masyarakat majemuk menghasilkan batas-batas suku bangsa yang didasari oleh stereotip dan prasangka yang menghasilkan penjenjangan sosial, secara primordial dan sobyektif.  Konflik-konflik yang terjadi antar etnik dan antar agama yang terjadi, sering kali berintikan pada permasalahan hubungan antara etnik asli setempat dengan pendatang, konfkil –konflik itu terjadi  karena adanya pengaktifan secara berlebihan jatidiri etnik untuk solidaritas dalam memperebutkan sumber daya yang ada (Hamengku Buwono X. 2001).
Description: Permasalahan Kemajemukan Masyarakat Indonesia | Bahan Makalah
Rating: 5
Reviewer: 1020 ulasan
Item Reviewed: Permasalahan Kemajemukan Masyarakat Indonesia | Bahan Makalah

Pengaruh Analisis Dalam Proses Perencanaan | Bahan Makalah

Perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan , berkelanjutan, sejak dari  tahap survei hingga tahap pengamatan.  Perencanaan fisik merupakan bagian atau alat orga­nisasi masyarakat dan pengawasan atau kontrol penggunaan sumber­daya lahan. Pada kenyataannya proses perencanaan merupakan kegiatan yang tidak pernah selesai, karena selalu memerlukan peninjauan  ulang atau pengkajian , guna memberikan  umpan balik  dalam proses evaluasi.  Dalam proses penentuan alternatif , pemilihan alter­natif dan evaluasi diperlukan analisis yang seksama.
Analisis adalah uraian atau usaha mengetahui arti sutau keadaan.  Data, informasi  atau keterangan mengenai suatu  keadaan diurai dan dikaji hubungannya satu sama lain, diselidiki kaitan  yang ada  antara yang satu dengan yang lainnya.  Analisis wilayah (region­al) ialah cara melihat berbagai faktor perkembangan dalam skala wilayah. Dalam hal analisis daerah, daerah dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah yang batasannya ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu tu­juan, sekala, dan proses.  Tujuan sangat besar pengaruhnya terhadap proses perencanaan.
Pertanyaan untuk apakah? dan untuk Siapa dilakukan perencanaan ?, menunjukkan peranan "tujuan"  dalam perencanaan.  Pada setiap pembuatan perencanaan, perencana harus sudah mengetahui atau menetapkan tujuannya dan untuk siapa perencanaan dibuat. Dalam konteks ini,  proses perencanaan dapat diartikan sebagai  suatu usaha  memak­simumkan segala sumberdaya yang ada pada suatu wilayah atau negara untuk tujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya. Untuk dapat menerapkan asas memaksimumkan manfaat segala sumberdaya dengan meminimumkan dana masyarakat, diperlukan kemampuan anali­sis atas kedua faktor yang tidak saling menenggang tersebut.
Skala perencanaan mempunyai peranan penting pula.  Secara teori, perencana dapat mencakup seluruh dunia, atau lebih kecil ialah batas wilayah negara. Sebagai contoh, dapat dikemukakan perencanaan daerah aliran sungai yang menembus batas wilayah negara. 
Pada umumnya kita memepersoalkan perencanaan dalam skala nasion­al, wilayah dan setempat.  Setiap cita-cita dan tujuan suatu negara dituangkan dalam rencana /ran­cangan nasional yang kemudian dipecah-pecah ke dalam rancangan wilayah.  Dalam pelaksanaannya ke sasaran terakhir, rancangan wilayah diterjemahkan ke dalam rencana setempat.  Dari sini terlihat, rancangan daerah meuupakan jembatan antara rancangan nasional dan setempat. 
Faktor perencanaan lainnya ialah proses. Daerah maupun kota selalu berubah.  Keadaan sosial akan berubah, lambat atau cepat.  Bebagai perubahan ini tentu saja akan berpengaruh pada ekonomi masyarakat, sehingga selanjutnya berpengaruh pula pada keadaan fisik daerah/kota.  Daerah atau kota yang mengalami urbanisasi besar, mengalami perubahan ekonomi dan fisik yang juga bergerak dengan cepat.  Pulau Jawa dan beberapa kota besar di Indonesia merupakan teladan yang bagus.  Pola dan laju proses perkembangan masyarakat, ekonomi, plitik dan lainnya dapat dikaji untuk dijadikan  bahan pertimbangan pokok bagi penentuan kebijakan perencanaan. Kebijakan ini men­yangkut beberapa aspek penting. Selain menentukan Apa yang dikembangkan, juga harus menentukan BAGAIMANA, KAPAN, dan BERAPA BESAR pengembangannya.  Melihat pola dan laju perkembangan penduduk, seorang perencana kota misalnya akan dapat menentukan segala kebutuhan yang diperlukan pada 10 tahun mendatang. Hal ini sudah mencakup pertanyaan apa dan kapan.  Dalam perencanaan, hal tersebut belumlah cukup dan masih harus dilengkapi dengan pengetahuan "berapa besar" pengembangan yang sebenarnya dibutuh­kan , dan "bagaimana" mewujudkannya. 
Description: Pengaruh Analisis Dalam Proses Perencanaan | Bahan Makalah
Rating: 5
Reviewer: 1020 ulasan
Item Reviewed: Pengaruh Analisis Dalam Proses Perencanaan | Bahan Makalah

Pengertian Teori Kritis | Bahan Makalah


Istilah teori kritis pertama kali ditemukan Max Hokheimer pada tahun 30-an. Awalnya teori kritis berarti pemaknaan kembali gagasan-gagasan ideal modernitas berkaitan dengan nalar dan kebebasan. Pemaknaan ini dilakukan dengan mengungkap deviasi dari gagasan-gagasan ideal tersebut dalam bentuk saintisme, kapitalisme, industri kebudayaan, dan institusi politik borjuis.
Untuk memahami pendekatan teori kritis, tidak bisa tidak, harus menempatkannya dalam konteks Idealisme Jerman dan kelanjutannya. Karl Marx dan generasinya menganggap Hegel sebagai orang terakhir dalam tradisi besar pemikiran filosofis yang mampu ”mengamankan” pengetahuan tentang manusia dan sejarah. Namun, karena beberapa hal, pemikiran Marx mampu menggantikan filsafat teoritis Hegel. Menurut Marx, hal ini terjadi karena Marx menjadikan filsafat sebagai sesuatu yang praktis; yakni menjadikannya sebagai cara berpikir (kerangka pikir) masyarakat dalam mewujudkan idealitasnya. Dengan menjadikan nalar sebagai sesuatu yang ’sosial’ dan menyejarah, skeptisisme historis akan muncul untuk merelatifkan klaim-klaim filosofis tentang norma dan nalar menjadi ragam sejarah dan budaya forma-forma kehidupan.
Teori kritis menolak skeptisisme dengan tetap mengaitkan antara nalar dan kehidupan sosial. Dengan demikian, teori kritis menghubungkan ilmu-ilmu sosial yang bersifat empiris dan interpretatif dengan klaim-klaim normatif tentang kebenaran, moralitas, dan keadilan yang secara tradisional merupakan bahasan filsafat. Dengan tetap memertahankan penekanan terhadap normativitas dalam tradisi filsafat, teori kritis mendasarkan cara bacanya dalam konteks jenis penelitian sosial empiris tertentu, yang digunakan untuk memahami klaim normatif itu dalam konteks kekinian.
Di zaman modern, filsafat secara ketat dibedakan dari sains. Locke menyebut filsafat sebagai ’pekerja kasar’. Bagi Kant, filsafat, khususnya filsafat transenden, memiliki dua peran. Pertama, sebagai ”hakim” yang dengannya sains dinilai. Kedua, sebagai wilayah untuk memunculkan pertanyaan normatif. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan normatif, dalam perspektif Kantian, sains tidak dibutuhkan, karena hal itu dijawab melalui analisis transenden. Teori kritis yang berorientasi emansipasi berusaha mengkontekstualisasi klaim-klaim filosofis tentang kebenaran dan universalitas moral tanpa mereduksinya menjadi sekedar kondisi sosial yang menyejarah. Teori kritis berusaha menghindari hilangnya kebenaran yang telah dicapai oleh pengetahuan masa lalu. Tentang hal ini Horkheimer menyatakan ”Bahwa semua pemikiran, benar atau salah, tergantung pada keadaan yang berubah sama sekali tidak berpengaruh pada validitas sains”.
Teori kritis memungkinkan kita membaca produksi budaya dan komunikasi dalam perspektif yang luas dan beragam. Ia bertujuan untuk melakukan eksplorasi refleksif terhadap pengalaman yang kita alami dan cara kita mendefinisikan diri sendiri, budaya kita, dan dunia. Saat ini teori kritis menjadi salah satu alat epistemologis yang dibutuhkan dalam studi humaniora. Hal ini didorong oleh kesadaran bahwa makna bukanlah sesuatu yang alamiah dan langsung. Bahasa bukanlah media transparan yang dapat menyampaikan ide-ide tanpa distorsi, sebaliknya ia adalah seperangkat kesepakatan yang berpengaruh dan menentukan jenis-jenis ide dan pengalaman manusia.
Description: Pengertian Teori Kritis | Bahan Makalah
Rating: 5
Reviewer: 1020 ulasan
Item Reviewed: Pengertian Teori Kritis | Bahan Makalah

Thursday, April 5, 2012

Bahan Makalah | Langkah Perhitungan Prarancangan Industri Kimia

 Beberapa Langkah Perhitungan Prarancangan Industri Kimia
1.    Menentukan tujuan didirikannya suatu industri kimia
Tujuan pendirian suatu industri ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa aktor, meliputi:
a.    Terdapatnya bahan baku ( raw material yang melimpah atau  belum digunakan secara maksimal, merupakan faktor yang mendorong ide didirikannya suatu industri kimia. 
b.    Manfaat produk yang dihasilkan.
c.    Pemenuhuan atas kebutuhan suatu produk ( semula produk diperoleh secara import, maka dengna dibangunnya industri di Indonesia, maka mengurangi ketergantungan  importa atas suatu barang.
d.    Penampungan tenaga kerja, sesuai dengan tingkatannya.

2.    Menentukan jenis dan mekanisme proses yang ada/ yang dijalankan.
Macam atau jenis serta mekanisme proses yang  akan dilakukan dalm industri, dapat ditentukan berdasar penelitian pendahuluan secara laboratorium. Biasanya penelitian- penelitian dengan  topik penentuan kondisi operasi optimal dalam suatu proses, merupakan  acuan kondisi operasi yang akan diretapkan dalam skala industri. Sedangkan mekanisme proses yang dilakukan, pada prinsipnya juga sama dengan mekanisme pada penelitian pendahuluan, hanya perbedaannya terletak pada sistem operasinya. Untuk penelitian skalal laboratorium, operasinya secara batch, analiais terhadap hasil proses dilakukan setelah proses berakhir. Sedangkan pada  skala industri,  biasanya prosesnya berjalan secara kontinyu. Sehingga perlu ditentukan alat- alat proses yang sesuai. Misalnya untuk proses ditilasi (penyulingan), pada skala laboratorium, proses distilasi dilakukan dalam suatu alat labu leher tiga, dilengkapi dengan alat pendingin (kondensor) satu arah, dan pemanasan dilakukan dengan api langsung atau dengna water bath. Untuk skala industri, proses distilasi dilakukan  secara bertingkat, menggunakan suatu kolom tegak (silinder tegak), dengan menggunakan alat pengembun (kondensor) dan pemanasan dilakukan dengan panas yang berasal dari uapa aiar yang dihasilakn oelh suatu alat yang disebut Reboiler..

3.    Menentukan kapasitas produksi (Pettrs M.S; 2003)
Kapasitas produksi suatu industri biasanya ditentukan berdasarkan jumlah produk yang akan dihasilkan dengan kemurnian tertentu, yang besarnya dapat dilihat dari berbagai sumber, misalnya dari Biro Pusat Statistik, dari biro ini dapat diketahui kebutuhan akan suatau produk untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dari data industri yang telah ada ( tentang bahan pembantu dll. yang diperlukan). Berdasarkan data- data ini,  kemudian ditentukan besarnya kapasitas produksi.  Setelah kapasitas produksi ditentukan, dapat diprediksi   hasil penjualan  produk secara total. Dengan mengetahui ongkos pemebelian bahan baku, dan harga jual produk, dapat dilihat  apakah industri akan meraih keuntungan atau tidak, walaupun keuntungan secara signifikan masih harus dihitung dengan analisis ekonomi (analisis rugi – laba) dengan menggunakan beberapa kriteria.

4.    Menghitung banyaknya bahan/ zat yang keluar atau masuk dari dan ke suatu alat proses. (Geankoplis; 1992)

Banyaknya zat ( bahan ) yang keluar dan masuk dari dan ke suatu alat proses akan menentukan  volume/ kapasitas suatu  alat proses yang digunakan, serta  mengetahui massa zat/ bahan yang diperlukan dan yang dihasilkan yang selanjutnya akan menentukan biaya  pembelian zat, serta berperan dalam perancangan alat proses yang terkait. Penentuan bahan- bahan yang keluar masuk dalam suatu alat proses dilakaukan dengan mengunakan konsep neraca massa. Konsep neraca massa merupakan aplikasi dari konsep kekekalan massa, yang menyatakan bahwa massa bahan yang masuk sama dengan massa bahan yang keluar dari suatu alat proses.

5.    Menghitung banyaknya  panas yang keluar atau yang masuk dari dan ke dalam suatu alat proses. ( Himmelblau; 1984)

Analog dengan konsep neraca  massa, konsep neraca  panas diturunkan dari konsep kekekalan panas, yang mengatakan: panas yang masuk ke dalam suatu alat proses sama dengan panas yang keluar dari alat tersebut. Banyaknya panas yang masuk dan keluar dalam suatu proses menentukan banyaknya zat pendingin (air) dan zat pemanas (uap air atau fluida panas lainnya). Dengan menghitung panas yang terlibat maka akan berpengaruh dalam perancangan alat terkait, disamping itu proses dapat berjalan dengan aman. Jika proses tersebut menghasilkan panas, maka sejumlah panas yang dihasilkan dapat diantisipasi, sehingga tidak mengganggu jalannya proses maupun mengakibatkan terjadinya polusi panas pada lingkungan.

6.    Merancang alat- alat produksi / alat- alat proses
Ditinjau dari proses yang terjadi, dalam industri kimia pada umumnya terdiri dari 2 macam proses; yaitu proses kimia/ reaksi kimia (terbentuk  zat baru) dan proses fisik ( terjadi perubahan fisik). Dengan melakukan perancangan semua alat yang diperlukan, dapat diprediksi biaya yang diperlukan untuk pengadaan alat. Alat- alat produksi dalam industri kimia meliputi:
a.    Reaktor merupakan tempat terjadinya  reaksi kimia, perancangan atas alat ini sangat spesifik, tergantung pada: jenis reaksi yang terjadi ( homogen, heterogen, eksotermal, endotermal,) Ada bebrapa jenis rector yang digunakan dalam industri kimia, antara lain: Reaktor Alir Tangki berpengaduk (RATB), Reaktor Alir Pipa (RAP), Shell and Tube Reactor, Fluidized Bed Reactor .( Westerterp, Swaij and Beenackers; 1994)
b.    Alat Proses yang bekerja secara fisik. Alat- alat ini pada pronsipnya merupakan alat pemisahrnian produk dan alat pencampur, yang digunakan untuk menyesuaikan keadaan fisik dari zat/ bahan yang diolah, agar kondisinya sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan/ diinginkan. Kondisi tersebut meliputi: suhu (digunakan alat penukar kalor/ heat exchanger = HE), tekanan (digunakan kompresor atau pompa), ukuran butiran (digunakan alat penumbuk, alat  pengayak,), fasa zat (digunakan alat penguap, atau pengembun, alat pengering), kemurnian bahan ( digunakan alat distilasi, alat ekstraksi, alat adsorbsi). (Brown G.G: 1989. dan Geankoplis; 1992 ).
           
7.    Menghitung banyaknya utilitas yang diperlukan ( meliputi: air, uap air, udara tekan dan listrik )
Menurut artinya, utilitas adalah bahan yang diperlukan untuk menujang terlaksananya suatu proses. Yang termasuk dalam utilitas adalah: air, uap air, udara dan listrik.
a.    Air dalam industri kimia mempunyai beberapa fungsi, yaitu: sebagai air keperluan rumah tangga industri, air proses, air pencuci dan air pembangkit tenaga uap (air umpan boiler). Masing- masing jenis air mempunyai persyaratan yang berbeda. Kebutuhan total air untuk industri  dihitung dengan cara menghitung kebutuhan air pada tiap- tiap alat. Alat produksi yang memerlukan air adalah: alat pencuci, alat pendingin (cooler) dan ketel pembangkit uap air. Dengan menggunakan  konsep neraca massa dan neraca panas dan  pada tiap alat, maka kebutuhan air dapat diketahui. ( Powell S.T: 1992)
b.    Uap air dalam industri kimia berfungsi sebagai sumber panas.  Alat- alat proses industri yang memerlukan uap air sebagai pemanas misalnya adalah: alat penguap (evaporator), alat pendidih kembali (reboiler), alat pemanas (heater). Seperti halnya pada penenetuan kebutuhan air, kebutuhan akan uap air ditentukan dengan bantuan neraca massa dan neraca panas. (Geankoplis C.J; 1992) 
c.    Udara tekan dan udara panas banyak digunakan dalam industri kimia pada proses pengeringan dan proses pembakaran bahan bakar yang berlangsung dalam suatu dapur pembakaran. Banyaknya udara tekan dapat diketahui dengan cara merancang alat- alat yang membutuhkan udara tekan
d.    Dalam industri kimia, listrik digunakan  untuk keperluan penerangan, pemompaan  dan alat- alat angkut lainnya seperti conveyor dan  elevator. Prediksi kebutuhan listrik dihitung berdasarkan perancangan terhadap alat- alat yang memerlukan listrik. 

8.    Melakukan evaluasi ekonomi.
Evaluasi ekonomi dilakukan untuk menentukan kelayakan didirikannya suatu industri kimia.  Yang dilamsud dengan industri kimia yang layak didirikan adalah industri kimia yang apabila beroperasi akan mendapatkan keuntungan secara financial. Dengan mengetahui besarnya modal, baik modal tetpa maupun modal kerja, besarnya biaya produksi, pendapatan dari penjualan produk,  memperhitungkan besarnya pengeluaran tak terhingga seta besarnya  pajak yang harus dibayarkan, menurut Aries R.S and Newton R.D (1988), dengan alur perhitungan tertentu akan diperoleh beberapa kriteria yang digunakan sebagai tolok ukur penentuan kelayakan didirikannya suatu industri. Tolok ukur tersebut  meliputi Break event Point (BEP);  Pay Out Time Period (POT), Discounted Cash Flow (DCF), Shut Down Point (SDP) dan  Return On Investment (ROI).
a.    Break Event Poin (BEP ) adalah kapasitas produksi ( dinyatakan dengna k% kapasitas penuh) dimana dengan produksi sebesar ini, maka industri tidak mengalami rugi maupun laba. Misalnya suatu industri memepunyai kapasitas produksi 100 000 ton tiap tahun. Jika dari perhitungan diperoleh harga BEP sebesar 40%, ini bertarti bahwa jika industri sudah beroperasi sebanyak 40.000 ton per tahun , maka industri tidak rugi dan tidak laba. Namun jika berproduksi lebih kecil dari 40.000 ton per tahun industry akan mengalami kerugian. Demikian pula sebaliknya.
b.    Pay Out Time Period (POT) adalah kurun waktu dimana modal tetap yang dikeluarkan oleh industri akan kembali.
c.    Discounted Cash Flow (DCF) adalah besarnya bunga per tahun yang bias doperoleh pihak penanam modal. Misalnya seseorang menanam modal sebesar Rp. 100.000.000. Jika harga DCF sebesar 20% berartai tiap tahun akan menerima keuntungan sebesar 20% x Rp. 100.000.000 = Rp. 20.000.000. Ini berarti bahwa ditinjau dari DCF, industri ini menarik untuk didirikan. (karena bunga Bank sebesar 12% per tahun).
d.    Shut Down Point (SDP) adalah besarnya kapasitas produksi yang mengakibatkan industri tutup. Semakin kecil harga SDP industri semakin layak atau menarik untuk dibangun.
e.    Return On Investment (ROI) adalah besarnya keuntungan  (dinyatakan dalam % )yang diperoleh setiap tahun. Return On Investment dihitung berdasarkan besarnya modal teteap.
Setelah harga- harga BEP, POT, DCE, SDP dan ROI dapat diketahui, dan dengan memperhatikan tingkat risiko dari industri, dapat ditarik suatu kesimpulan  tentang kelayakan industri tersebut didirikan.
Description: Bahan Makalah | Langkah Perhitungan Prarancangan Industri Kimia
Rating: 5
Reviewer: 1020 ulasan
Item Reviewed: Bahan Makalah | Langkah Perhitungan Prarancangan Industri Kimia

PERBEDAAN ILMU SOSIAL KRITIK DAN ILMU SOSIAL POSITIF | Bahan Makalah

Akar pemikiran ilmiah terletak pada kepercayaan bahwa pengembangan ilmu pengetahuan adalah alat yang paling efektif untuk membebaskan manusia. Akan tetapi apa yang telah terjadi dalam ilmu sosial positif adalah sekedar penjelasan pengetahuan dari dasar-dasar metodologi dan epistemologinya. Ilmu yang seharusnya hanya ditujukan untuk pembebasan manusia telah diganti dengan nama ganda, yakni untuk membebaskan atau menindas sama saja. Ilmu-ilmu sosial kontemporer, dengan demikian tidak lebih dari dominasi metodologi dan epistemologi  ilmu-ilmu  alam yang  melihat  bahwa  subyek  perlu dipisahkan dengan obyek, peneliti dengan yang diteliti.
 Teori kritis berlawanan sama sekali dengan anggapan-anggapan seperti diatas. Teori-teori kritis secara tegas menolak pandangan bahwa manusia dan masyarakat dapat dipahami melalui anggapan dasar (otonosi) dan metode ilmu alam yang dilihat bahwa sebagai manusia tidak kreatif dalam berfikir dan bertindak. Untuk membandingkan antara ilmu sosial positif dan ilmu sosial kritis, paling tidak terdapat empat pokok perbedaan:
1. Perbedaan dalam melihat hakekat manusia dan masyarakat.
2. Pemahaman terhadap proses-proses sosial.
3. Bentuk penjelasan ilmiah tentang proses-proses sosial yang dilakukan dan
4. Peranan ilmuwan-ilmuwan sosial

Berikut Penjelasannya :
1. Pandangan Terhadap Hakekat Manusia Dan Masyarakat 
Ilmu sosial positif melihat masyarakat sebagai fenomena obyektif yang dapat dideskripsikan sebagai seperangkat kekuatan yang tidak mengenal sejarah (ahistoris). Ilmu sosial kritik, dilain fihak memandang masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang dapat dibangun kemanusiaannya melalui pemahaman historis progressive terhadap proses-proses dan struktur-struktur sosialnya. Ilmu sosial positif melihat hakekat manusia sebagai data mati (tidak bergerak), sedang ilmu sosial kritis melihat bahwa manusia dapat merubah diri mereka sendiri melalui pranata-pranata yang diciptakan sendiri. Oleh karena pandangan ilmu sosial positif yang demikian maka Barry Smart (1976) menyebut pandangan tadi sebagai "kenyataan semu" dan karena itu dibuat-buat. Pada masyarakat kapitalis, ilmu-ilmu sosial positif dikembangkan dengan cara mengasingkan individuindividu dalam proses penciptaan sejarah dan karena itu ilmu sosial positif gagal sama sekali dalam menganalisa masyarakat sebagai sebuah bangunan kemanusiaan. Karena kegagalannya melihat proses-proses dan struktur-struktur sosial maka ilmu sosial positif tidak dapat banyak diharapkan dapat melakukan perubahan secara fundamental. (Horkheimer, 1972).
Ilmu sosial kritis justru melihat manusia sebagai pembentuk sejarah. Bukan ilmu sosial kritis kalau dia hanya mampu mendiskripsikan fakta-fakta sosial sejarah, tanpa pemahaman dan aksi bersama rakyat. Horkheimer menulis "teori sosial kritis ..... melihat manusia sebagai pencipta sejarah mereka sendiri". (1972 :244). Perbedaan pandangan antara ilmu sosial positif dan kritis terhadap hakekat manusia dan masyarakat itu mempunyai pengaruh mendalam dalam melihat bagaimana ilmu pengetahuan sosial diciptakan.
2. Penciptaan Ilmu Pengetahuan Sosial 
Bagi ilmu sosial positif, pengetahuan berusaha diciptakan melalui observasi-observasi empiris yang dapat diuji secara ketat. Apa yang disebut data menurut ilmu sosial positif adalah deskripsi tentang perilaku-perilaku sosial, dan nilai individual (Taylor 1971 : 32). Data disebut obyektif kalau dapat diuji dengan model-model teori yang sudah ada. Konsep-konsep utama yang lalu dikembangkan diantaranya adalah konsep bebas nilai. Menurut Habermas apa yang disebut sebagai bebas nilai sebenarnya adalah mengandung muatan nilai-nilai. (1971 :69). Obyektifitas dan bebas nilai bagi ilmu sosial positif tidak lain adalah keinginan untuk membedakan fakta dengan nilai, antara teori dan praktek. Meskipun tidak diketahuai mengapa demikian, ilmu sosial positif berusaha keras untuk meramalkan dan mengontrol alam (Hambermas, 1971, Bernstein, 1976). Brian Fay juga menyatakan bahwa apabila kepentingan tersebut diterapkan untuk meneliti dunia manusia (bukan alam) maka hasilnya adalah manipulasi hubungan-hubungan sosial, mengagungkan kepentingan-kepentingan teknis dari pada moral, membutakan manusia dari urusan-urusan politik, dan terakhir adalah memperkuat dominasi kelas berkuasa (1976 : 57).
Dilihat dari perspektif ilmu sosial kritis, maka pengetahuan diciptakan untuk dua kepentingan. Pertama, karena manusia adalah makluk sosial, maka prinsip-prinsip moral dan etik harus di ciptakan. Kedua, bahwa prinsip-prinsip moral dan etik itu harus di pahami secara inter-subyektif. Ilmu sosial kritis karena itu tidak dapat melepaskan diri dari pemahaman norma-norma, nilai-nilai dan makna-makna yang bersifat inter-subyektif dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena dua kepentingan diatas maka kemudian timbul kepentingan manusia yang ketiga dan tipe pengetahuan yang ketiga pula. Kepentingan ketiga ini disebut kepentingan pembebasan, yang berarti kritik ideologi dan perubahan sosial fundamental.
Ilmu sosial kritis menolak untuk menerima praktek-praktek sosial sebagai kebenaran akhir. Baik ide dan tindakan (aksi) yang terjadi dalam proses sejarah sampai sekarang adalah manivestasi dari perubahan struktur sosial. Ilmu sosial kritis harus menganalisis bentuk-bentuk struktur penindasan dan sekaligus mencari jalan keluar untuk pembebasannya (Farganis, 1975). Ilmu sosial kritis harus sampai pada penyingkapan lembaga-lembaga struktural yang bersifat menindas dari satu periode keperiode lainnya. Kalau sudah dipahami makna-makna demikian tadi, maka kemudian diteruskan dengan adanya aksi-aksi sosial dengan cara melawan pengertian-pengertian dan aksi-aksi yang dilakukan sebelumnya.    Lebih jauh dari itu ilmu sosial kritis sebenarnya lahir untuk membebaskan manusia dari konsep-konsep ideologi dan tindakan yang salah kaprah, dan karena itu perjuangan ini menjadi perjuangan politik. Pengetahuan kritis tidak pernah netral, terutama bagi orang-orang yang sudah paham duduk persoalannya diatas. Dalam ilmu sosial krtitis, validitas konsep-konsep data dan teori selalu dikaitkan dengan aspek historis dan tujuan-tujuan subyektif. (Piccone, 1973). Ilmu sosial kritis hadir antara menyeruak makna-makna sejarah dan menciptakan kemungkinan-kemungkinan aksi yang dapat dilakukan manusia yang sementara ingin membebaskan diri dari dunia penindasan. Untuk melakukan semuanya itu harus digabungkan teori perubahan struktural dengan kritik ideologi. Dalam ilmu sosial kritik senantiasa harus ada dialog anatara teori dan praktek.
3. Bentuk Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Ilmu sosial positif berasumsi bahwa cara penjelasan yang dilakukan terhadap suatu obyek diberlakukan secara umum terhadap semua ilmu pengetahuan. Paradigma yang dikembangkan adalah nomologis dan ini tidak bisa diterima oleh ilmu sosial pada umumnya, terutama ilmu sosial kritis. Cara ilmu ini selain nomologis adalah ahistoris, diterministik dan prohabilistik. Penjelasan terhadap suatu gejala biasanya dikaitkan dengan usaha meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Semua kegiatan didalam ilmu sosial positif, dari pengumpulan data, penyempurnaan data, korelasi data, dan formulasi generalisasi, hipotesa dan pengembangan model-model penelitian, semuanya diarahkan untuk menguji teori yang dikembangkan berdasarkan kaidah-kaidah logika yang ditetapkan secara ketat.
Ilmu sosial kritis justru hadir menentang kaidah-kaidah keilmuan yang dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial positif, dan karena itu mudah menggoncang paradigma. Bila ilmu-ilmu sosial positif mempelajari perilaku manusia maka ilmu sosial kritis mempelajari aksi manusia dan melihat bahwa dunia sosial diciptakan melalui tindakan manusia dan pemahaman inter subyektif. Ilmu sosial kritis mencoba memahami hubungan kondisi-kondisi sosial dengan tindakan subyektif manusia dengan berbagai macam kepentingannya. Karena hubungan antara kondisi sosial dan tindakan manusia itu sifatnya sangat rumit, maka ilmu sosial kritis tidak percaya dengan apa yang disebut prediksi. Karena hakekat masyarakat adalah pemahaman dan tindakan masyarakat itu sendiri maka secanggih apapun kondisi sosial itu diramalkan dan diatur dengan ketat sedemikian rupa, didalamnya pasti terdapat banyak kesalahan. Seperti dikatakan Taylor (1971) kalaulah konsep-konsep dan katagori-katagori ilmu sosial positif masih banyak kita gunakan sekarang, pada masa datang nanti sudah tidak dapat lagi. Kaum positivist beranggapan bahwa apa yang dilakukan sekarang adalah usaha mengembangkan disiplin ilmu yang dipelajari, tetapi tragisnya mereka justru melepaskan bagaimana proses-proses sosial itu tercipta.
Jika semua proses sosial dipahami sebagai produk tindakan manusia, maka semua pertimbangan kritis harus dimulai dari pemahaman, nilai-nilai, dan inter subyektif. Selanjutnya seperti dikatakan  Von Wright (1971), pengertian-pengertian, nilai-nilai dan motif-motif ini harus dikembangkan dengan proses-proses sosial dengan cara menunjukkan dengan jelas bagaimana mereka dibangun oleh tindakan dan refleksi manusia.
Penjelasan-penjelasan kritis didalamnya meliputi teori-teori dasar tentang perubahan struktural, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan motif-motif yang timbul sebagai akibat dari adanya perubahan struktural. Perbedaan-perbedaan pemahaman tentang struktur sosial (meliputi kekuatan domianan dan kekuatan pinggiran) harus dikaji dalam teori kritis. Sebagai contoh suatu gagasan mobilitas sosial boleh jadi didukung oleh pengalaman personal golongan minoritas kapitalis, terutama di Amerika Serikat pada waktu itu. Konsep mobilitas sosial dalam prakteknya ternyata hanya memberikan keuntungan kaum kapitaslis belaka, sedang orang-orang golongan lemah justru semakin tersingkir karena kelemahannya secara ekonomis oleh penguasa kapitalis.
Konsep-konsep yang diciptakan oleh manusia ternyata dalam praktenya dapat memberikan keuntungan bagi beberapa pihak dan merugikan beberapa pihak-pihak lainnya. Selama manusia yang mencari keuntungan ingin tetap mempertahankan posisi mereka sedang mereka yang tidak diuntungkan dengan sistim tersebut sengaja dibuat tidak paham agar terus menerus dapat dijadikan ajang dominasi. Ilmu sosial kritis hadir ditengah-tengah masyarakat dengan pertimbangan-pertimbangan kritis, ingin menyadarkan manusia yang tidur didunia mereka sendiri. Karena karakternya yang demikian, maka didalam dirinya senantiasa terkandung keinginan untuk melakukan perubahan, baik secara radikal atau tidak. Perubahan-perubahan radikal terjadi karena adanya kontrakdisi-kontrakdisi dalam proses sosial, artinya ada pihak yang mencari keuntungan dan ada yang dirugikan dari haknya antar kelompok didalam ilmu sosial. Semua ini dapat dipahami lewat ideologi dan kondisi-kondisi sosial yang berkembang selama ini. Kontrakdisi fundamental akan terjadi apabila  kepentingan-kepentingan sebagian fihak bertentangan terus menerus dengan kepentingan pihak lainnya,  misalnya dalam satu sistim sosial yang memberlakukan praket-praket monopoli berhadapan dengan sistim kompetisi bebas. Satu kelompok atau kelompok yang tertindas di dominasi dalam sistim yang berkembang sekarang ini akan melakukan perlawanan dan melakukan perubahan sosial sebagaimana mereka kehendaki. Ini adalah perkara politik dan karena itu harus berkali-kali dijelaskan bahwa teori kritis memang tidak bisa dipisahkan dari politik praktis.
Sejauh mana Pergolakan politik itu timbul tergantung pada derajad pertentangan kepentingan kaum progressive dengan para pemegang kekuasaan. Kalau kontradiksi yang terjadi tidak terlalu mendesak, pada umumnya dapat diselesaikan melalui cara damai tanpa harus membungkus ideologi dan struktur kekuasaan. Tetapi kalau kontradiksi itu sangat mendesak, tidak ada cara lain kecuali merombak ideologi dan struktur yang dianggap tidak mapan. Kapan kontradiksi fundamental itu akan terjadi tidak dapat diramalkan oleh ilmu sosial, sebab ini menyangkut kesepakatan manusia secara bersama-sama menghadapi ideologi dan struktur yang berkembang. Karena itu dapat dirumuskan bahwa tujuan teori kritis bukanlah untuk meramalkan perubahan sosial, melainkan memahami perkembangan sejarah masyarakat sehingga mereka melakukan perubahan sosial. Masuknya ilmu sosial kritis dalam percaturan politik praktis seperti dikatakan diatas kemudian membedakan para ilmuwan sosial positif disatu pihak dengan ilmuwan sosial kritis dilain pihak seperti diuraikan dibawah. 
4. Peran Ilmu Sosial
Horkheimer (1972) mencatat bahwa ilmu sosial tradisional positif, dalam usaha memulai kehidupan politik, memisahkan ilmu sosial dengan menggunakan istilah ilmu sosial murni dan ilmu sosial praktis. Dalam pandangan Marx, siapa yang disebut dengan ilmuwan sosial dibedakan menjadi dua: Pengamat teoristis yang bebas nilai dan a-politik disatu pihak dan orang-orang politik yang menyuarakan nilai-nilai dan kepentingan-kepentingan politik mereka dipihak lain. Orang-orang positif pada umumnya selalu berusaha membedakan dua peran tersebut. Mereka pilih jadi warga negara yang baik dan jadi peneliti dan ilmuwan yang sopan dan obyektif yang bisa menangkap issue-issue penting pada masanya. Menurut paham ini jelas bahwa tugas ilmuwan sosial adalah mendiskripsikan dan menjelaskan fakta-fakta, tidak mencampuri apa yang seharusnya dilakukan [Bernstein, 1976: 44].
Ilmu sosial kritis melihat bahwa ilmuwan sosial adalah harus berpartisipasi dalam proses pembangunan manusia. Karena itu para ilmuwan sosial harus menentukan keberpihakannya kepada siapa mereka melayani. Ilmu sosial kritis sama sekali menolak pemisahan antara praktek dan teori, dan bahwa semua praktek dan teori harus didiskusikan, begitu terus tidak berhenti. Kepentingan praktek bagi para ilmuwan sosial kritis adalah bagaimana membebaskan kaum tertindas agar dengan demikian posisi mereka sebagai manusia dapat berubah (juga dilihat sebagai manusia yang pantas hidup dan berkembang, tidak terus ditindas).
Ilmu sosial kritis melihat masyarakat sebagai kesatuan manusia dan karena itu hakekat manusia adalah makhuk yang baru mendapatkan kemanusiaannya dalam kebersamaan. Melalui kebersamaan itu kemudian ilmu sosial kritis mencoba melihat struktur, proses dan makna sosial, baik pada masa lalu atau sekarang. Ilmu pengetahuan sosial, karenanya tidak dapat memisahkan diri dari kehidupan sosial nyata, didalamnya mempelajari nilai-nilai, tujuan-tujuan individu, kelompok dan kelas. Ilmu sosial kritis, karena lebih emansipatif, maka mempunyai karakternya berbeda dari ilmu sosial positif yang lebih dekat dengan kelompok dominan yang menindas. Karena sifatnya yang emansipatif, maka ilmu sosial kritis mengenal apa yang disebut sebagai praxis dimana aksi berperan sebagai sumber dan pengesahan teori. Meskipun demikian ilmu sosial kritis tetap menolak cara prediksi karena prediksi dilakukan harus dengan mengeluarkan manusia sebagai unsur pembentuk sejarah mereka sendiri. Ilmu sosial kritis melihat manusia sebagai persatuan subyek yang berusaha mendekati kembali dunia yang mereka bangun. Karena itu bentuk penjelasan ilmiah yang digunakan bersifat historis. Dalam bentuk ini ada dialog antara kondisi yang terjadi pada masa lalu dan sekarang. Secara lebih tegas ilmu sosial kritis melihat kesatuan subyek manusia berusaha membebaskan diri dari struktur yang menindas melalui usaha-usaha mereka sendiri (mandiri).
Description: PERBEDAAN ILMU SOSIAL KRITIK DAN ILMU SOSIAL POSITIF | Bahan Makalah
Rating: 5
Reviewer: 1020 ulasan
Item Reviewed: PERBEDAAN ILMU SOSIAL KRITIK DAN ILMU SOSIAL POSITIF | Bahan Makalah

Pengertian Administrasi Publik Dan Peranannya Dalam Demokratisasi Politik | Bahan Makalah

Administrasi publik, seperti yang dirumuskan oleh Pfiffner dan Presthus (1967), adalah sebuah disiplin ilmu yang terutama mengkaji cara-cara untuk mengimplementasikan nilai-nilai politik. Hal tersebut sejalan dengan gagasan awal Woodrow Wilson (1887) yang dianggap sebagai orang yang membidani lahirnya ilmu administrasi publik modern di Amerika Serikat. Ia mengemukakan bahwa disiplin administrasi publik merupakan produk perkembangan ilmu politik, namun Wilson mengusulkan adanya pemisahan disiplin administrasi dari ilmu politik. Gagasan ini kemudian dikenal sebagai dikotomi politik-administrasi. Ilmu administrasi publik, menurut Wilson, berkaitan dengan dua hal utama, yaitu:
1.    What government can properly and successfully do?
2.    How it can do these proper things with the utmost possible efficiency and at the least possible cost either of money or of energy?

    Bertolak dari gagasan dasar tersebut, dapat diyakini bahwa administrasi publik dapat berperan positif dalam mengawal proses demokratisasi sampai pada tujuan yang dicita-citakan, karena pada dasarnya administrasi publik berurusan dengan persoalan bagaimana menentukan to do the right things dan to do the things right. Dengan kata yang berbeda, administrasi publik bukan saja berususan dengan cara-cara yang efisien untuk melakukan proses demokratisasi, melainkan juga mempunyai kemampuan dalam menentukan tujuan proses demokratisasi itu sendiri, terutama dalam bentuk penyelenggaraan pelayanan publik secara efektif sebagai wujud dari penjaminan hak-hak konstitusional seluruh warga negara.

    Persoalannya sekarang adalah, mungkinkah para administror publik dapat menjadi tulang punggung bagi proses demokratisasi? Jawaban empirik terhadap pertanyaan tersebut mempunyai dua versi. Dalam satu situasi, peran para administrator publik dalam menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan demokratisasi cukup signifikan. Di Taiwan, misalnya, seperti juga di beberapa negara sedang berkembang lain, pemerintah berurusan dengan masalah dilematis bagaimana merekonsiliasi pertentangan antara budaya tradisional, kultur demokrasi baru dan industrialisasi sebagai usaha negara membangun ekonomi. Untuk menghadapi persoalan tersebut, para ahli administrasi publik membantu para pengambil keputusan di Taiwan untuk menyelesaikan reformasi administratif yang kompleks dengan menggunakan pendekatan perencanaan strategis (Sun dan Gargan, 1996).

    Mengenai peran administrasi publik tersebut, O’Toole (1997) membuat kesimpulan bahwa administrasi publik yang berkembang saat ini sangat mendukung proses demokratisasi, karena sudah tidak terlalu hirarkis dan parokial, tetapi lebih mirip sebuah jaringan (network). Kecenderungan ini mempunyai implikasi yang sangat penting dan positif terhadap perkembangan demokrasi, termasuk tanggungjawab yang berubah terhadap kepentingan publik; terhadap pemenuhan prefrensi publik, dan terhadap perluasan liberalisasi politik, kewargaan, dan tingkat kepercayaan publik. Administrasi publik yang berbentuk jaringan dapat mengatasi hambatan menuju pengelolaan yang demokratik, dan dapat membuka kemungkinan untuk memperkuat pemerintahan yang bergantung kepada nilai-nilai dan tindakan-tindakan administrasi publik. Hal tersebut dikemukakan O’Toole dalam rangka mengenang Dwight Waldo yang juga pernah mengemukakan, bahwa jika administrasi adalah inti dari pemerintahan, maka teori demokrasi harus pula mencakup administrasi.

    Dalam situasi lain, administrator publik tidak dapat diharapkan menjadi katalisator proses demokratisasi. Di negara-negara Afrika sub-sahara, seperti juga di tempat lain, ketika rezim militer menguasai pemerintahan, mereka memerintah dengan komando; melarang partai-partai politik, membekukan konstitusi, dan melumpuhkan lembaga-lembaga legislatif. Sebagai akibatnya, tidak ada saluran institusi politik bagi warganegara pada proses pengambilan keputusan. Penguasa militer biasanya memperoleh input bagi proses perumusan dan pengambilan keputusan dengan cara mengangkat elit politik sipil. Hal tersebut dilakukan sebagai respons terhadap tuntutan transisi kepada pihak sipil dan sebagai teknik politik untuk melakukan proses sipilisasi rezim militer. Pengalaman empirik menunjukkan, bahwa keterlibatan sipil dalam rejim militer merupakan prediktor bahwa rezim tersebut akan mengikuti aturan-aturan militer dan bukan sebaliknya. Dalam konteks inilah administrasi publik tidak kondusif bagi proses kristalisasi demokrasi, tetapi malah sebaliknya, dapat menjadi katalisator bagi pelanggengan pemerintahan lama yang otoriter. Dalam banyak hal, reformasi politik yang bergulir sampai saat ini, sekali lagi tampak berada dalam jalur yang benar. Yang dibutuhkan adalah kesabaran untuk bertahan dan konsistensi untuk melakukan langkah-langkah sistematik yang diperlukan. Proses demokratisasi di Indonesia tidak hanya diuji melalui pemilihan presiden secara langsung, namun terutama ditantang untuk mampu keluar dari berbagai masalah agar dapat memenangkan pertarungan dengan bangsa-bangsa lain.
Description: Pengertian Administrasi Publik Dan Peranannya Dalam Demokratisasi Politik | Bahan Makalah
Rating: 5
Reviewer: 1020 ulasan
Item Reviewed: Pengertian Administrasi Publik Dan Peranannya Dalam Demokratisasi Politik | Bahan Makalah

Penjaminan Mutu Kualitas di Bidang Pendidikan | Bahan Makalah

Pendidikan merupakan upaya untuk membentuk manusia yang berkualitas, hal ini tentu saja memerlukan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas pula. Oleh karena itu penjaminan mutu pendidikan menjadi hal yang penting paling tidak karena dua alasan yaitu alasan yuridis formal dan alasan perkembangan masyarakat di era global. Alasan yuridis di dasarkan pada ketentuan Peraturan dimana dalam Peraturan Pemerintah  No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan fasal 91 ayat 1, 2, dan 3 tentang penjaminan mutu pendidikan  disebutkan bahwa :
1.    setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal wajib melakukan penjaminan mutu.
2.    penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bertujuan untuk memenuhi atau  melampaui Standar Nasional Pendidikan.
3.    penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.

Dengan melihat pasal tersebut di atas, nampak bahwa penjaminan kualitas merupakan suatu kewajiban bagi lembaga pendidikan. Dalam melakukan penjaminan Kualitas Pendidikan, sementara itu alasan berkaitan dengan perkembangan global mengacu pada kondisi lingkungan yang ada, sebagaimana akan dekemukakan berikut ini
Dengan semakin berkembangnya teknologi dan globalisasi, maka berbagai bidang kehidupan manusia pun mendapat pengaruh besar termasuk dalam bidang pendidikan. Salah satu hal yang penting adalah makin tumbuhnya tuntutan akan kualitas pendidikan seiring dengan makin kompetitifnya SDM antar bangsa. Perubahan ini mendorong pada berkembangnya konsep penjaminan mutu dalam Pendidikan baik pendidikan dasar dan menengah maupun pendidikan tinggi.
Dampak lain dari globalisasi dan penerapan teknologi baru dan maju adalah penyebaran informasi, pencarian informasi sudah lebih mu¬dah berkat perkembangan teknologi informasi. Tidak ada informasi apa pun yang tidak dapat diketahui sehingga pengendalian pun mulai ber¬alih dari pengendalian fisik menjadi ke pengendalian informasi. Artinya, mereka yang memiliki informasilah yang memiliki kekuat¬an nyata, dan hal ini menimbulkan perbedaan yang cukup besar antara pemilik informasi dan yang tidak memilikinya.
Menurut Rinda Hedwig dan Gerardus Polla (2006), dampak globalisasi sifatnya menyeluruh di dunia, dan dalam konteks Pendidikan Tinggi, hal tersebut menimbulkan konsep baru dalam pendidikan dan perlu mendapat perhatian yang an¬tara lain mencakup:
1.    pembagian manfaat pendidikan tersebut kepada masyarakat maupun untuk alumnus,
2.    sistem swadaya dan swasembada yang mulai diberlakukan di perguruan tinggi negeri,
3.    efisiensi tanpa mengurangi efektifitas serta produktivitas lembaga,
4.    penekanan pada kepuasan stakeholder (mahasiswa, dosen, alumni, pengguna lulusan, orang tua, dan pemerintah),
5.    pemusatan kepada belajar dan bukan hanya mengajar (learn¬ing centered education),
6.    penekanan bahwa pendidikan ini adalah hal dinamis yang senantiasa berubah berdasarkan perkembangan yang terjadi,
7.     pendidikan yang ada saat ini sebaiknya relevan dengan ke¬butuhan masyarakat, negara, dan dunia,
8.    tanggung jawab pendidikan bukan hanya menjadi milik pen¬didik melainkan harus sama-sama dilakukan oleh si pendidik dan mahasiswa,
9.    pemberdayaan dalam pendidikan merupakan syarat mutlak yang tidak dapat ditawar.

Dengan adanya paradigma baru di atas maka perlu dilakukan penjaminan mutu dalam penyelenggaraan pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Penataan sistem pendidikan tinggi saat ini sudah lebih otonomi dan harus memiliki akuntabilitas tinggi. Akreditasi nantinya me¬rupakan akreditasi diri dengan pengakuan dari perguruan tinggi yang bersangkutan. Akreditasi diri inilah yang kemudian menjadi landasan bagi perguruan tinggi untuk mengajukan akreditasi ke tingkat nasional yang akan dilakukan oleh pemerintah terhadap perguruan tinggi tersebut. Akreditasi tidak lepas dari evaluasi diri agar setiap program studi di dalam perguruan tinggi tersebut dapat mengenali kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan tantangan yang dihadapi. Ini semua akan mengacu kepada peningkatan kualitas yang berkelanjutan.
Description: Penjaminan Mutu Kualitas di Bidang Pendidikan | Bahan Makalah
Rating: 5
Reviewer: 1020 ulasan
Item Reviewed: Penjaminan Mutu Kualitas di Bidang Pendidikan | Bahan Makalah

Tuesday, April 3, 2012

Prinsip Dasar Komunikasi Yang Efektif | Bahan Makalah

Komunikasi efektif dapat berlangsung dengan baik apabila didukung oleh berbagai faktor. Diantaranya adalah kita faham tentang prinsip-prinsip serta teknik berkomunikasi secara efektif. Dalam hal ini untuk ada dua prinsip dalam komunikasi efektif  antara lain dapat kita tinjau dari :
Pertama, prinsip berbicara efektif prinsip ini lebih menekankan bagaimana berbicara dapat mempengaruhi orang lain.  Artinya proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan secara verbal, sampai pada sasaran. Indikasinya adalah jelas artikulasinya, hamat kata-kata, bahasa yang mudah dimengerti, suara yang enak untuk didengar dan dirasakan.  Selanjutnya dapat dikatakan efektif apabila : menarik untuk didengar, sasaran tercapai (instruktif, informative, ajakan atau himbauan, argumentatif dan klarifikatif). Teknik berbicara yang efektif dapat dilakukan sebagai berikut :

1.    Menarik nafas dalam-dalam sebelum memulai berbicara.
2.    Mengatur volume bicara agar lebih keras dari biasanya. Caranya dengan mengatur, agar suara dapat didengar oleh jajaran orang yang duduk atau berdiri paling jauh dari tempat kita berbicara.
3.    Menggunakan kata-kata sehari-hari, yang dikenal oelh pendengar. Orang akan tertarik pada pembicaraan yang menggunakan kata-kata yang akrab ditelinganya daripada kata-kata yang tidak dimengerti (misalnya istilah-istilah dalam bahasa asing). 
4.    Layangkan pandangan ke seluruh pendengar.

Kedua, Mendengar dengan aktif. Ada ungkapan yang mengatakan kalau kita ingin didengar orang maka belajarlah menjadi pendengar yang baik. Tampaknya ungkapan ini sangat sesuai dengan bahasan ini. Mendengar adalah hal yang utama dalam berkomunikasi, mendengar dengan aktif berarti mendengar untuk mengerti apa yang dikatakan dibalik pesan. Ada beberapa tip untuk mendengar secara aktif yaitu:

1.    Mendengar dengan aktif dengan menangkap ungkapan non verbal sebaik isyarat/petunjuk verbal. Artinya pada saat mendengarkan dengan aktif penerima akan mendapatkan umpan balik dengan menguraikan sendiri melalui kata-katanya tentang pesan yang disampaikan oleh pengirim, dan mengulang kembali dengan caranya sendiri.
2.    Penerima pesan mengecek kembali, yaitu apa yang ada dibalik pesan yang diterimanya untuk mengerti pesan apa yang sesungguhnya diterima.
3.    Gambaran perilaku, ini merupakan gambaran individual yang sangat spesifik, kegiatan pengamatan keapda orang lain tanpa membuat keputusan atau generalisasi tentang latar belakang, orangnya atau sifatnya.

Teknik mendengar efektif dapat membantu dan memastikan para komunikator mempunyai informasi yang akurat. Memastikan bahwa kualitas informasi yang baik tidak hanya merupakan tantangan dalam komunikasi. Keduanya baik pengirim maupun penerima ingin memastikan bahwa mereka mempunyai kualitas ketepatan dari informasi yang benar.
Sekian
Dukung Anti Rasisme
Description: Prinsip Dasar Komunikasi Yang Efektif | Bahan Makalah
Rating: 5
Reviewer: 1020 ulasan
Item Reviewed: Prinsip Dasar Komunikasi Yang Efektif | Bahan Makalah

Perbedaan dan Persamaan Akuntansi Syari'ah Dengan Konvensional | Bahan Makalah

Persamaan Akuntansi Syari’ah dengan Akuntansi Konvensional
Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
a.    Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi;
b.    Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahun pembukuan keuangan;
c.    Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal;
d.    Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang;
e.    Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan income dengan cost (biaya);
f.    Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan perusahaan;
g.    Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.

Perbedaan Akuntansi Syari’ah dengan Akuntansi Konvensional
Sedangkan perbedaannya, menurut Husein Syahatah, dalam buku Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam, antara lain, terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
a.    Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam cara menentukan nilai atau harga untuk melindungi modal pokok, dan juga hingga saat ini apa yang dimaksud dengan modal pokok (kapital) belum ditentukan. Sedangkan konsep Islam menerapkan konsep penilaian berdasarkan nilai tukar yang berlaku, dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi di masa yang akan datang dalam ruang lingkup perusahaan yang kontinuitas;
b.    Modal dalam konsep akuntansi konvensional terbagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (aktiva tetap) dan modal yang beredar (aktiva lancar), sedangkan di dalam konsep Islam barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta berupa barang (stock), selanjutnya barang dibagi menjadi barang milik dan barang dagang;
c.    Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang sama kedudukannya, bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai atau harga, atau sebagai sumber harga atau nilai;
d.    Konsep konvensional mempraktekan teori pencadangan dan ketelitian dari menanggung semua kerugian dalam perhitungan, serta mengenyampingkan laba yang bersifat mungkin, sedangkan konsep Islam sangat memperhatikan hal itu dengan cara penentuan nilai atau harga dengan berdasarkan nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko;
e.    Konsep konvensional menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba dagang, modal pokok, transaksi, dan juga uang dari sumber yang haram, sedangkan dalam konsep Islam dibedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari kapital (modal pokok) dengan yang berasal dari transaksi, juga wajib menjelaskan pendapatan dari sumber yang haram jika ada, dan berusaha menghindari serta menyalurkan pada tempat-tempat yang telah ditentukan oleh para ulama fiqih. Laba dari sumber yang haram tidak boleh dibagi untuk mitra usaha atau dicampurkan pada pokok modal;
f.    Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika adanya jual-beli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu akan ada ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun yang belum. Akan tetapi, jual beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.
Description: Perbedaan dan Persamaan Akuntansi Syari'ah Dengan Konvensional | Bahan Makalah
Rating: 5
Reviewer: 1020 ulasan
Item Reviewed: Perbedaan dan Persamaan Akuntansi Syari'ah Dengan Konvensional | Bahan Makalah

Crew Skater FM

You Follow , I Follow

My Friend